Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia

Minggu, 07 Februari 2021 | 13:40 WIB Last Updated 2021-02-10T13:42:20Z


Kabarpendidikan.id
Corona Virus Disease (Covid – 19) sangat meresahkan masyarakat dunia selama sebelas bulan terakhir ini. Wabah ini disebabkan oleh Novel Coronavirus (SARS-Cov-2). Wabah ini pertama kali diketahui mewabah di Wuhan, China. Virus ini terdeteksi masuk ke Indonesia pertama kali pada maret 2020 berawal dari 2 orang yang terinfeksi virus Covid – 19 menjadi 1,07 juta orang.  Virus ini berkembang secara cepat dengan cara menginfeksi manusia melalui sistem pernafasan. Virus ini sudah memakan ribuan bahkan jutaan korban di seluruh dunia, tercatat bahwa ada 101,561,219 orang yang terinfeksi Covid – 19 dan 2,196,944 yang meninggal (World Health Organization) dikarenakan wabah tersebut di sekitar 213 negara di dunia.

 

Covid – 19 adalah wabah yang sangat berbahaya dikarenakan wabah ini tergolong baru dimana penyebab dan asal muasal virus ini masih belum diketahui secara pasti. Virus ini sangat mudah menular kepada manusia. Penularan virus ini terjadi ketika adanya kontak fisik atau terkena cairan yang keluar ketika bersin dan batuk. Virus ini terkenal sangat kuat dan sulit untuk dimatikan, virus ini juga bertahan pada plastic, kayu, besi dan stainless stell. Virus ini mengincar organ paru – paru karena virus ini mengakses sel inang melalui enzim tertentu yang terdapat pada bagian sel alveolal tipe II paru – paru.

 

Pemerintah menyadari betapa berbahayanya virus Covid – 19 dan berupaya untuk menanggulangi penyebaran virus Covid – 19 dengan cara mengeluarkan kebijakan lockdown pembatasan sosial (sosial distancing) dan pembatasan fisik (physical distancing) pada bidang kesehatan (Tim Kerja Kementerian Dalam Negeri, 2020) dan kebijakan mengenai pembelajaran dari rumah (Learning From Home) pada bidang pendidikan (Sekretaris Kabinet,2020). Pembatasan sosial ialah menjaga jarak dalam bersosialisasi, menjaga jarak dalam melakukan aktivitas sosial, termasuk membatasi diri untuk melakukan sosialisi di masyarakat meminimalisir kotak dengan individu yang lain. Begitu pula pembatasan fisik maksudnya ialah pembatasan dengan menjaga tubuh secara fisik dengan jarak 1-2 meter ketika melakukan kontak atau bersinggungan dengan individu lainnya. Disamping itu pola hidup bersih dan sehat juga sangat penting untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini seperti selalu menggunakan masker, rajin mencuci tangan, dan lain – lain (Zhou, 2020)

 


Covid – 19 memberikan dampak besar pada aktifitas sehari – hari dan dikarenakan virus ini juga aktifitas kita menjadi terhambat dan terbatas, terutama pada bidang pendidikan. Siswa terpaksa harus belajar dari rumah dengan melakukan pola pembelajaran jarak jauh (Remote Teaching) (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) ini sebenarnya tidak mudah untuk dilakukan karena pembelajaran ini sangat berbeda dengan pembelajaran yang normal (face to face). Perbedaan yang paling besar adalah siswa tidak dapat berinteraksi langsung terhadap guru dan secara tidak langsung terjadinya kesulitan dalam berkomunikasi antara siswa dan guru. Keterbatasan komunikasi menyebabkan terjadinya pemerolehan informasi dan intruksi dari guru sangatlah terbatas. Memang pembelajaran jarak jauh seyogyanya menitik beratkan pada kemandirian siswa. Kemandirian inilah yang nantinya harus dipupuk di dalam pandemi ini.

 

Keunggulan Pembelajaran Jarak Jauh

Siswa akan lebih fleksibel dalam belajar, tidak mesti harus on time, dan tempatnyapun bisa dikondisikan tergantung situasi dan kondisi. Siswa juga akan lebih leluasa menentukan atau mencari sumber belajarnya sendiri bisa mengakses internet dan lain – lain.

 

Kelemahan Pembelajaran Jarak Jauh

Namun kelemahannya, siswa tidak dapat bersosialisasi dengan siswa lainnya dan gurunya secara nyata, sehingga akan mempengaruhi emosional siswa itu sendiri. Pembelajaran jarak jauh ini merugikan siswa karena siswa menjadi kesulitan dalam mencerna materi yang tengah diterangkan karena terjadinya kendala terhadap sinyal, karena pembelajaran jarak jauh memerlukan koneksi yang baik serta media yang memadai dan belum tentu seluruh siswa memiliki media pembelajaran yang layak guna dan koneksi yang baik. Karena hal tersebutlah pembelajaran jarak jauh menjadi sulit dan kurang efektif.

 

Dampak Pembelajaran Jarak Jauh Berkepanjangan

1.      Ancaman putus sekolah

Anak didik yang terancam putus sekolah dan terpaksa bekerja karena proses Pembelajaran Jarak Jauh dari sekolah tidak optimal, akses internet yang kurang lancar dan persepsi dari orangtua yang berubah pada peran sekolah karena menganggap pembelajaran anaknya sia – sia.

2.      Kendala tumbuh kembang

Kesenjangan akses atau sarana pembelajaran misalnya telepon seluler dan internet yang tidak semua dimiliki oleh anak diberbagai daerah sebagai media utama belajar dari rumah dan adanya halangan akan sinyal, dan turunnya keikutsertaan dalam PAUD sehingga tumbuh kembang yang optimal di usia emas. Akibatnya, Indonesia berpotensi atau beresiko mengalami generasi “learning loss dan lost generation” dimana akan ada dampak permanen.

3.      Peningkatan kekerasan terhadap anak dan resiko psikososial

Tekanan psikososial dan kekerasan rumah tangga yang mana mengakibatkan anak stress karena terus berada didalam rumah, tidak bisa bermain keluar rumah hingga bertemu dengan teman – temannya dan minimnya interaksi dengan guru dan lingkungan ditambah tekanan akibat sulitnya pembelajaran jarak jauh yang menyebabkan stress pada anak.

 

(Aplisia Putri Nurkhumallasari / Mahasiswa PGSD FKIP Uhamka)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Dampak Pandemi Covid-19 terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia

Trending Now

Iklan

iklan