Dalam sambutannya, Menag menekankan bahwa kampus baru ini akan menjadi tonggak penting pengembangan ilmu dan peradaban Islam di Indonesia. Kampus keenam PTIQ tersebut tak hanya ditujukan sebagai pusat kajian Al-Qur’an, tetapi juga sebagai ruang lahirnya pemikiran-pemikiran ilmiah modern. Terletak di kawasan strategis Rorotan, Tanjung Priok, Jakarta Utara, kampus ini dirancang memiliki fasilitas lengkap mulai dari ruang pertemuan hingga asrama mahasiswa.
“Kita ingin menghadirkan kampus ini layaknya Baitul Hikmah di masa keemasan Islam, tempat lahirnya para ilmuwan besar yang membawa perubahan besar bagi dunia,” ujar Nasaruddin.
Ia juga mengungkapkan bahwa semangat tokoh-tokoh ilmuwan Islam seperti Jabir bin Hayyan, pelopor ilmu kimia, dan Ar-Razi, ilmuwan medis yang berjasa dalam pengembangan rumah sakit modern, akan menjadi inspirasi dalam pengembangan berbagai fakultas baru di kampus ini, termasuk kedokteran, teknik, matematika, dan ilmu pengetahuan alam.
Lebih jauh, Nasaruddin bahkan menyampaikan gagasannya agar ke depan Universitas PTIQ dapat menyandang nama Kampus Ibnu Sutowo sebagai bentuk penghormatan atas dedikasi ayahanda Pontjo Sutowo yang turut berperan penting dalam berdirinya PTIQ.
DYL