Menuju Masa Depan Pendidikan Indonesia yang Berkualitas

Minggu, 07 November 2021 | 07:28 WIB Last Updated 2021-11-07T00:28:00Z


Asha Haula Salsabila

(Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia/ FBS/ Universitas Negeri Surabaya)

 

Berangkat dari pengalaman pandemi, yaitu pembelajaran yang dilakukan melalui daring tanpa adanya banyak persiapan ternyata mampu menyadarkan para pemerhati pendidikan untuk mengevaluasi sejauh mana pendidikan Indonesia dapat memperbaiki kekurangannya dan mengejar kemajuan pendidikan di luar negeri. Untuk mewujudkan hal tersebut, tidak terlepas dari peran guru dan siswa karena keduanya merupakan subjek pembelajaran yang dapat memengaruhi kualitas pendidikan Indonesia di tahun 2045, sebagai seratus tahun usia kemerdekaan Indonesia.

 

Salah satu permasalahan pendidikan yang tampak adalah banyak siswa yang mengeluh ketika pembelajaran lebih banyak diganti dengan tugas. Mungkin hal tersebut juga dapat didasarkan pada kekhawatiran guru pada siswa yang tidak mau belajar sebab tidak ada pengawasan secara langsung. Namun, faktanya hal tersebut bukan menjadi solusi yang tepat. Masih banyak siswa yang justru malas mengikuti pembelajaran bahkan tidak menghargai guru.

 

Realita pun mulai menunjukkan akibat dari banyaknya tugas yang diberikan guru. Banyaknya tugas, dapat menyebabkan sebagian siswa tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan potensinya sehingga dibenak mereka, menyelesaikan tugas hanyalah usaha untuk memenuhi kewajibannya sebagai siswa. Lebih buruk dari itu, bagi siswa yang tertinggal jangkauan pengetahuannya, mereka tidak jarang memutuskan untuk mencontek ataupun mengerjakan tugas secara asal-asalan.

 

Adanya kemajuan zaman ini, seharusnya semakin memudahkan siswa untuk belajar maupun mengerjakan tugas, tetapi faktanya mereka justru meremehkan guru dan hanya bergantung pada jawaban yang sudah tersedia di internet, padahal kebenarannya belum tentu seratus persen. Hal tersebut juga dapat disebabkan metode pembelajaran yang dilakukan guru masih konvensional, seperti hanya menyampaikan materi dengan teori-teori, kurangnya penggunaan media dan sebagainya, sehingga tidak heran jika siswa merasa bosan dan bersikap tak acuh pada guru. Jika hal tersebut terus dibiarkan dapat memengaruhi kemampuan dan hasil belajar siswa yang semakin rendah sehingga tingkat kualitas pendidikan di Indonesia pun akan menurun.

 

Hal tersebut tidak seharusnya terjadi karena pada tahun 2021 Indonesia meraih satu peringkat lebih tinggi dari tahun sebelumnya. Pada tahun ini, Indonesia ada di peringkat 55 dari 73 negara. Namun, dalam cakupan Asia Tenggara, Indonesia masih menduduki peringkat empat setelah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Jika dilihat dari peringkat pendidikan di seluruh negara tahun ini, Singapura berada di urutan ke-21, Malaysia di barisan ke-39, dan Thailand di posisi ke-46 (Aisyah, 2021).

 

Lantas, negara mana yang pendidikannya mendapatkan peringkat terbaik di dunia? Jawabannya adalah Amerika Serikat yang sudah menjadi peringkat pertama selama dua kali berturut-turut (Prastiwi, 2021). Adapun salah satu negara dengan prestasi dan sistem pendidikan terbaik di dunia meskipun masih kurang tenar dibandingkan universitas yang ada di Amerika Serikat adalah Finlandia. Berkaca dari pendidikan di negara tersebut, ternyata waktu pembelajarannya tidak banyak, cara mengajarnya juga nyaman atau santai, dan pengajar fokus dengan bidangnya masing-masing (Purwadi, 2021). Selain itu, di negara tersebut para siswanya juga tak banyak menjalankan pekerjaan rumah. Rata-rata durasi siswa mengerjakan pekerjaan rumah hanya 2,8 jam dalam satu minggu (Berty, 2018).

 

Berdasarkan pengalaman dari beberapa negara tersebut, sebagai salah satu negara berkembang kita masih perlu menuntaskan berbagai permasalahan pendidikan yang ada, dan bangkit untuk menuju pendidikan yang benar-benar mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu hal yang paling dihindari oleh kebanyakan siswa di Indonesia adalah kuantitas jumlah tugas, dan memang hal itu sebenarnya kurang baik sebab siswa juga manusia dan guru seharusnya dapat belajar dari pengalamannya saat menjadi siswa.

 

Jika siswa terlalu banyak diberi tugas, mereka hanya terfokus mengerjakan tugas sehingga perlu ada solusi untuk menuntaskan permasalahan tersebut. Pertama, harus ada pembatasan jumlah tugas selama satu minggu. Kedua, mendukung rencana sebelumnya, diperlukan juga media sebagai penunjang fasilitas, misalnya, papan daftar tugas siswa. Selain sebagai pengingat guru dan siswa, adanya media tersebut juga bermanfaat sebagai ukuran batas pemberian tugas. Terlebih lagi jika mengikuti kemajuan teknologi, media tersebut juga dapat dipermudah melalui internet agar tidak bisa dimanipulasi dan bisa dilihat oleh siswa maupun guru kapan pun dan di mana pun.

 

Lalu, bagaimana jika sudah diberi batasan, tetapi masih ada siswa yang tidak mengerjakan tugas? Mungkin diperlukan adanya feedback yang dapat memotivasi siswa. Bagi siswa yang sudah melakukan tugas dengan baik dan jawabannya memenuhi kriteria maka berhak mendapatkan apresiasi, tetapi bagi siswa yang tidak mengerjakan tugas sama sekali maka ia akan diberikan konsekuensi penambahan tugas sehingga siswa akan dihadapkan pada kenyataan bahwa memang hidup itu pilihan, mereka diberikan kesempatan untuk berpikir kembali mana yang seharusnya baik dan tidak untuk mereka lakukan.

 

Selanjutnya, bagaimana dengan masalah siswa yang kurang merespon guru saat pembelajaran? Hal tersebut dapat diatasi dengan cara sebagai berikut. Pertama, menggunakan strategi kelas terbalik, seperti guru mengajak siswa melakukan diskusi bersama yang telah diinformasikan sebelumnya sehingga siswa sudah memiliki bekal untuk siap belajar. Kedua, mengimplementasikan pembelajaran kolaboratif. Terinspirasi dari salah satu acara televisi nasional yaitu Brownis (Obrowlan Manis), supaya tidak membuat siswa tegang dan lebih santai, guru bisa membangkitkan semangat siswa dengan membarui penyebutan diskusi menjadi bincang-bincang bersama. Bincang-bincang tersebut juga dapat dilakukan dengan mengolaborasi materi dengan fakta kehidupan atau kondisi Indonesia saat itu. Dengan demikian, siswa akan lebih memiliki minat untuk belajar dan serasa sedang mengobrol dengan temannya, sedangkan guru mengarahkan dan meluruskan apabila ada pembahasan yang kurang tepat.

 

Melalui pembatasan tugas, maka siswa dapat memiliki waktu yang bersahabat untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan memiliki kesempatan untuk mengembangkan bakat maupun minatnya. Begitu juga adanya media daftar tugas yang dapat mempermudah proses belajar siswa, lebih dari itu jika media tersebut berupa tautan atau semacamnya yang bisa diakses maka siswa maupun guru juga dapat memenuhi tuntutan zaman dalam bidang teknologi.

 

Kemudian, melalui bincang-bincang bersama yang merelevansikan pembelajaran dengan fenomena kehidupan, maka guru dapat membiasakan kreatif, inovatif, dan inspiratif dalam mendesain kegiatan pembelajaran dan mengembangkan pemikirannya, sedangkan siswa akan mendapatkan pengalaman yang menambah daya ingat mereka. Hasil perbincangan pun dapat menjadi solusi yang lebih nyata dan bermanfaat untuk kehidupan mereka maupun bangsa. Selain itu, dengan tuntutan tersebut maka siswa akan termotivasi untuk belajar jika tidak mereka akan tertinggal dengan temannya, begitu juga guru yang harus terus belajar agar dapat memberikan pengetahuan dengan benar.

 

 

Mungkin tidak mudah untuk memulainya dan mungkin sudah ada beberapa guru yang menerapkan solusi sederhana tersebut, tetapi tetap perlu dibiasakan karena peran pendidik sangatlah penting bagi masa depan bangsa. Sebagai guru yang baik seharusnya bukan hanya menganggap permasalahan pada siswa, tetapi juga perlu instrospeksi diri, sedangkan siswa sebagai peserta belajar sudah seharusnya menghargai guru karena guru bukan hanya seseorang yang bekerja untuk mentransferkan ilmu, tetapi merekalah yang memberikan perubahan dalam hidup kita dan selalu ingatlah bahwa nasib bangsa ada di tangan generasi muda. Mari, kita menuju masa depan pendidikan Indonesia yang berkualitas!
Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Menuju Masa Depan Pendidikan Indonesia yang Berkualitas

Trending Now

Iklan

iklan