Kabarpendidikan.id Generasi Muda harus melek digital, tak hanya yang tinggal di daerah perkotaan saja, Tetapi semua generasi muda diseluruh indonesia harus memiliki kemampuan di bidang digital.
Terkait hal ini, U.S Consulate General Surabaya bekerja sama dengan Jaringan Pegiat Literasi Digital(Japelidi) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) secara daring dengan peserta siswa SMU di 10 Kabupaten.
Adapun programnya bernama Penguatan Kecakapan Digital untuk Generasi Muda di Indonesia Timur.
"Program ini selain membawa misi yang sesuai dengan misi Japelidi juga harus mampu membumikan kompetensi literasi digital untuk generasi muda Indonesia Timur," terang Amanda yang juga dosen Udayana. Dijelaskan, proses FGD sendiri dilakukan secara terpisah di setiap provinsi. Japelidi menurunkan tim FGD yang terdiri dari fasilitator, notulis, dan peneliti. Setiap FGD mengundang 12 siswa di setiap provinsi.
FGD di provinsi NTT melibatkan SMAN 1 Komodo Labuan Bajo Manggarai Barat dan SMAN 1 Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Sementara 4 Propinsi lainnya yaitu Sulawesi Selatan (Gowa dan Pare Pare), Kalimantan Selatan (Banjar dan Tanah Laut), Maluku (Maluku Tengah dan Buru Selatan), dan Bali (Bangli dan Susut).
“FGD yang dilakukan di 5 provinsi ini bertujuan untuk menggali masalah sekaligus memetakan kebutuhan generasi muda di Indonesia Timur berkaitan dengan kompetensi literasi digital,” ungkap Dr. Ras Amanda sebagai Koordinator Program, yang juga Dosen Universitas Udayana seperti disebutkan dalam siaran pers Japelidi, Selasa (09/11).
Amanda menambahkan Program ini selain membawa misi yang sesuai dengan misi Japelidi juga harus mampu meningkatkan kompetensi literasi digital untuk generasi muda Indonesia Timur.
Proses FGD sendiri dilakukan secara terpisah di setiap provinsi. Japelidi menurunkan tim FGD yang terdiri dari fasilitator, notulis, dan peneliti. Setiap FGD mengundang 12 siswa di setiap provinsi.
Pengalaman menarik disampaikan oleh tim FGD di NTT, Fransiska Desiana Setyaningsih dari Universitas Katolik Widya Mandira Kupang,
“Kami senang sekali karena siswa-siswa di NTT sini berani mengemukakan pendapat dan juga pengalamannya,” jelas Fransiska.
"Kami melihat mereka tertarik dengan pendalaman tentang mendesain Konten Kampanye Etika, Budaya dan Aman bermedia digital. Pilar skill mereka tidak bermasalah. Tapi kita akan analisis dahulu lebih dalam,” ungkap fasilitator FGD, Dr. Lestari Nurhajati terkait temuan sementaranya dari pelaksanaan FGD tersebut.
Temuan-temuan hasil FGD dari berbagai provinsi itu akan didiskusikan lebih lanjut antara tim FGD dan tim Penulisan Modul dalam workshop.
“Kami tim modul akan berusaha membuat modul yang efektif sesuai dengan kebutuhan generasi muda di Indonesia Timur, “ ungkap Dr. Frida Kusumastuti, salah satu penulis modul dari Universitas Muhammadiyah Malang tersebut
Sementara itu, Stefany M Daynti dari SMAN 1 Komodo Labuan Bajo menyampaikan harapannya terkait perlu adanya pengawasan orang tua agar anak di bawah umur tidak salah menggunakan media digital.
"Pengawasan orang tua sangat penting agar anak tidak salah menggunakan media digital dan membuka konten yang negatif di media online. Sehingga orang tua juga perlu paham literasi digital,” Kata Stefany
Program dengan tajuk Empowering Eastern Indonesia Youth in Digital World sendiri sebelumnya telah diluncurkan awal Oktober lalu secara daring dan akan berlangsung hingga Mei 2022 mendatang.