Kabarpendidikan.id Pada Ahad (14/11) Pimpinan Pusat (PP) ‘Aisyiyah mengadakan Sosialisasi Sekolah Cinta Anak dengan tema “Menciptakan Sekolah Cinta Anak (SCA) sebagai Upaya Perlindungan Hak Anak untuk Dicintai dan Disayangi” kegiatan ini diadakan karena masih maraknya kekerasan dan perundungan terhadap anak baik verbal maupun non-verbal di sekolah. Secara hybrid (luring dan daring) kegiatan tersebut dilaksanakan, hal ini bertujuan untuk mencegah penularan Covid-19.
Seluruh kader dan pengurus ‘Aisyiyah se-Indonesia mengikuti kegiatan sosialisasi tersebut yang merupakan tindak lanjut MoU antara Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) dalam Gerakan Nasional Revolusi Mental.
Menurut Fitri Wilis selaku Ketua Pelaksana, yang juga merupakan Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah (Dikdasmen) PP ‘Aisyiyah, dalam menciptakan suasana aman dan nyaman di sekolah, kegiatan sosialisasi Sekolah Cinta Anak ini merupakan ikhtiar ‘Aisyiyah, terutama Majelis Dikdasmen (Pendidikan, Dasar dan Menengah) Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah. Tujuannya supaya anak belajar dengan baik tanpa ada rasa khawatir akan ada perundungan atau bahkan kekerasan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
Masyitoh Chusnan selaku Ketua Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, hadir menberikan sambutan secara daring, yang mengingatkan seluruh peserta untuk responsif menjawab perkembangan dan tantangan zaman yang serba cepat.
“Dalam menjawab persoalan anak-anak kita, dibentuklah Sekolah Cinta Anak yang merupakan respons dan jihad ‘Aisyiyah, maka kegiatan kerjasama strategis dengan Kemenko PMK ini harus dilanjutkan di tingkat wilayah karena ini untuk kepentingan anak-anak kita sebagai penerus bangsa,” tutur Masyitoh.
Hal senada diungkapkan Faozan Amar selaku Koordinator Tim Kerja yang menyambut baik Sosialisasi Sekolah Cinta Anak yang diinisiasi oleh Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, karena menurut Faozan, anak merupakan penentu masa depan bangsa di masa mendatang. Selain itu, untuk memastikan anak-anak Indonesia mendapatkan hak-haknya terpenuhi tanpa diskriminasi, tanpa perundungan bahkan kekerasan, dosen UHAMKA tersebut mengajak semua pihak.
Herwina Bahar selaku Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP ‘Aisyiyah, yang hadir melalui zoom mengungkapkan salah satu pentingnya memasifkan program Sekolah Cinta Anak dengan mengamati maraknya contoh buruk yang ada di media baik itu media sosial maupun di televisi.
“Kita harus prihatin ketika kata-kata tidak baik dan perundungan malah menjadi hiburan di layar kaca, hal ini dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak, maka ini harus menjadi perhatian seluruh kader ‘Aisyiyah,” tutur Herwina.
Adapun menurut Ella Sulhah, Ketua Divisi PAUD Majelis Dikdasmen PP ‘Aisyiyah, sudah ada 1 abad yang lalu gerakan cinta anak ketika Ibu-Ibu pendiri ‘Aisyiyah prihatin dengan kondisi anak-anak pribumi yang tidak mendapatkan hak-haknya, terutama berkaitan dengan pendidikan.
“Dalam melanjutkan dakwah dan jihad para pendahulu kita, maka terbentuklah Sekolah Cinta Anak ini,” ujar Ella.
Dalam waktu dekat Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah juga akan meluncurkan dan mendistribusikan buku Sekolah Cinta Anak ke seluruh pengurus ‘Aisyiyah di Indonesia. Buku tersebut akan dijadikan sebagai pedoman dalam program Sekolah Cinta Anak agar dapat diimplementasikan dengan baik di lapangan.
(ADP)