Langkah ini bukan bentuk penolakan, melainkan hasil kesepakatan bersama antara pihak sekolah dan para orang tua murid. Begitu wacana MBG ditawarkan, pihak sekolah langsung menggelar forum musyawarah untuk membahas pilihan terbaik.
“Kami serahkan keputusan sepenuhnya kepada para wali murid, apakah ingin beralih ke program pemerintah atau tetap dengan yang sudah ada. Ternyata semua sepakat melanjutkan program mandiri,” ujar Suherman, salah satu perwakilan sekolah, kepada media.
Keputusan kolektif tersebut lahir dari kepercayaan yang sudah terbangun. Program makan yang mereka jalankan terbukti membawa dampak positif bagi anak-anak: setiap hari pukul 09.00 pagi, para siswa berkumpul menikmati santapan sehat bersama di sekolah. Pembiayaan kegiatan ini pun terbilang sederhana, cukup dengan iuran harian Rp5.000 per siswa.
Program ini menjadi bukti bahwa kolaborasi antara sekolah dan orang tua bisa menjadi alternatif efektif dalam menciptakan kebiasaan makan sehat — bahkan tanpa bergantung sepenuhnya pada program pemerintah.
DYL