KabarPendidikan.id - Setelah melakukan evaluasi terhadap program Merdeka Belajar Kampus Merdeka (MBKM), Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiksaintek) memutuskan untuk menerapkan pendekatan baru yang disebut Kampus Berdampak. Evaluasi tersebut menunjukkan bahwa ada beberapa kelemahan dalam relevansi dan efektivitas program.
Kampus merdeka telah memberikan saran
penting untuk mendekatkan mahasiswa dengan dunia bisnis dan masyarakat. Program
MBKM mencakup program seperti magang, kuliah kerja nyata (KKN), dan proyek
kemanusian ungkap Sekertaris Jenderal Kemendiktisanitek, Togar Mangihut
Simatupang.
Meskipun demikian, Togar menyatakan bahwa hasil evaluasi menunjukkan, meskipun frekuensi kegiatan relatif tinggi, banyak di antaranya tidak sesuai dengan tingkat pembelajaran dan kebutuhan industri yang sebenarnya.
"Eksposur ke dunia industri sudah bagus, tetapi masih banyak yang kurang relevan. Dan juga ada masalah pendanaan dan pengawasan," ungkap Togar.
Togar menyatakan bahwa evaluasi dilakukan melalui diskusi kelompok yang
dipimpin dan laporan pelaksanaan dari berbagai perguruan tinggi. Berdasarkan
hasilnya, Kemendiktisaintek menyarankan perbaikan proses dan hasil pelaksanaan
MBKM. Mereka juga menyarankan untuk meningkatkan sistem pendukung pembelajaran
transformatif.
"Karena itu satu langkah ke depan adalah Kampus
Berdampak," tegas Togar.
Ia mengatakan bahwa Kampus Berdampak menunjukkan bahwa perguruan tinggi benar-benar berkontribusi pada masyarakat, lingkungan, dan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs). Perguruan tinggi diharapkan untuk berkontribusi pada perubahan sosial, bukan hanya mengajar siswa atau menerapkan program MBKM.
"Kampus Merdeka lebih menekankan kebebasan dalam proses pembelajaran,
sedangkan Kampus Berdampak mendorong perguruan tinggi menjadi aktor pemecahan
masalah nyata di masyarakat," kata Togar.
Dengan pendekatan baru ini, Kemendiktisaintek berharap kampus tidak hanya
mencetak lulusan yang siap kerja tetapi juga menciptakan solusi untuk
persoalan zaman, seperti kemiskinan dan bencana lingkungan.
Program Kampus Berdampak, yang
diumumkan sebelumnya oleh Brian Yuliarto, Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan
Teknologi (Mendiktisaintek), dimaksudkan untuk menjawab tantangan pembangunan
nasional dan mendukung pencapaian Visi Indonesia Emas 2045.
Dia menyatakan bahwa institusi pendidikan tinggi tidak hanya berfungsi sebagai penyedia informasi, tetapi juga berfungsi sebagai pendorong utama transformasi sosial dan ekonomi bangsa.
"Pendidikan tinggi, sains, dan teknologi sangat penting untuk mewujudkan
Indonesia Emas 2025. Kita perlu membangun sistem pendidikan tinggi yang adil,
relevan, dan berdampak. Transformasi ini harus mampu memberikan akses yang sama
di seluruh Indonesia. Diktisaintek Berdampak adalah gerakan nasional untuk
mewujudkan hal itu," tutur Brian.
Peluncuran program tersebut juga merupakan simbol transformasi yang bertujuan
untuk memastikan bahwa program pendidikan tinggi, sains, dan teknologi akan
menghasilkan hasil yang dirasakan masyarakat secara langsung.
"Tentu, program ini adalah gerakan bersama, inspirasi, dan refleksi kita ketika berkolaborasi dengan perguruan tinggi dan mitra-mitra kami. Ini adalah gerakan bersama yang menjadikan perguruan tinggi sebagai pusat transformasi, mahasiswa sebagai penggerak utama perubahan, dan riset sebagai arah pembangunan,” tegas Brian.
(WS)