Guru Besar USK Mengungkap Kurikulum Pendidikan Perlu Memasukan Bahasa Daerah

Rabu, 26 Oktober 2022 | 11:10 WIB Last Updated 2022-10-26T04:10:50Z


KabarPendidikan.id  Prof Mohd Harun selaku Guru Besar Bahasa dan Sastra di Universitas Syiah Kuala (USK) meminta Pemerintah Daerah (Pemda) untuk melakukan penguatan penggunaan bahasa daerah. Sebab, Pemda memiliki struktur organisasi yang bisa menjangkau hingga ketingkat desa.

 

 

“Kita perlu kembali menggunakan Bahasa Aceh secara masif dan benar di dalam rumah tangga,” ujarnya dalam Podcast ‘30 Menit Bersama Tokoh’ yang mengangkat tema ‘Kiat Melestarikan Bahasa Daerah Agar Tidak Punah’ ditayangkan secara langsung di Serambi On TV dan Facebook, Senin (24/10).

 

 

Menurut Prof Harun, bertutur Bahasa Aceh di dalam rumah bukanlah suatu keanehan, melainkan ada kekeliruhan jika orang tersebut enggan berbicara Bahasa Aceh dengan anggota keluarganya.

 


“Bapak dan Ibunya tidak mau bicara Bahasa Aceh, tentu anak akan berfikir itu menjadi suatu yang tidak perlu. Maka harus diberikan pemahaman pada orang tua agar anaknya mau berkomunikasi dengan Bahasa Aceh,” terangnya.

 

 

Selain itu, peran pemerintah untuk penguatan penggunaan Bahasa Aceh bisa dilakukan dengan menggelar event dan lomba, seperti mendongeng maupun stand up comedy. Yang paling penting kata Prof Human, bahasa daerah harus dimasukan ke dalam kurikulum pendidikan muatan lokal.

 

Dirinya menyebutperlu dilahirkan program studi Bahasa Aceh di perguruan tinggi. “Benar-benar muatan lokal, maksudnya adalah ada perintah yang jelas, ada kurikulum secara jelas, lalu guru yang mengajar bahasa daerah itu diakui untuk sertifikasi gurunya,” ujarnya

 

“Sebelum lahir program studi Bahasa Aceh itu ada Pergub yang mengakui bahwa mata pelajaran ini benar untuk kebutuhan pendidikan sehingga si guru ini (juga) bisa mengajar Bahasa Gayo dan memperoleh sertifikasi guru,” jelasnya.

 


Lebih lanjut, Prof Harun mengapresiasi Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh yang sudah meluncurkan program gerakan sehari berbudaya pasti Aceh (Sedati), yang mana program tersebut untuk pembiasaan berbahasa dan berbudaya Aceh di sekolah-sekolah mulai PAUD, SD hingga SMP.

 

 

“Saya lihat setiap hari Kamis. Anak-anak  SD sudah mulai membawa kue khas Aceh dan berbicara Bahasa Aceh. Dan mudah-mudahan ini diikuti oleh daerah lain,” harapnya.

 

 

Disamping itu, Prof Harun mendorong para tokoh adat untuk memasifkan dan meningkatkan penggunaan bahasa daerah, baik itu Bahasa Aceh maupun Bahasa Gayo dalam setiap kegiatan adat.


DYL_RPH

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Guru Besar USK Mengungkap Kurikulum Pendidikan Perlu Memasukan Bahasa Daerah

Trending Now

Iklan

iklan