Hanya Dengan Dua Puluh Lima Ribu

Rabu, 09 Juni 2021 | 08:06 WIB Last Updated 2021-06-11T12:07:35Z

  

Karya Salsabila

(Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UHAMKA)


Tak terlihat, tak terjamah, perjalanan yang tak mudah melewati tanah berlumpur dan bebatuan. Aku menyebutnya “Surga dibalik Bebatuan”. Perkebunan dan sawah menemani perjalananku yang begitu enak dipandang. Jarang sekali melihat itu diperkotaan.


Setiap ku bertanya pada warga, mereka selalu bertanya “masih jauh neng tempatnya… masih 5 Km lagi”. Yapss mereka tidak berbohong… butuh waktu kurang lebih 3 jam untuk sampai ke daerah tersebut… Tak mudah memang… tapi bukan berarti tak bisa.


Akhirnya pada sore hari pun aku sampai di kampung tersebut. Namanya “Kampung Cirendeu” lebih tepatnya di Kecamatan Sobang, Lebak, Banten. Aku disambut hangat oleh warga dan anak-anak sambil melambaikan tangan… terlihat sekali tatapan antusias mereka.


Tak hanya mereka, Adapun Bapak Rudi dan Ibu Uum yang sudah siap menerimaku dirumahnya selama 30 hari kedepan dalam rangka pengabdian. Hari silih berganti, setiap harinya aku mempelajari banyak hal.. mulai dari kebiasaaan mereka sampai ikut berpartisipasi di setiap kegiatan adat disana.


Tugasku yang utama disana ialah menjadi guru untuk anak kelas 3 dan 4, serta mengajar diniyah saat siang hari. Mereka sangatlah bersemangat… setiap pagi selalu menungguku di depan rumah untuk berangkat bersama ke sekolah. Namun, semangat saja tentu tidak cukup untuk menunjang pendidikan. Perlu adanya dukungan lain agar anak-anak dapat menerima ilmu dengan baik.


Mirisnya, tempat mereka menimba ilmu itu sangatlah tidak layak disebut sebagai sebuah bangunan “sekolah”. Bangunan yang hanya terdiri dari 2 ruangan serta ditutupi oleh anyaman bambu saja, disitulah satu-satunya harapan mereka untuk menggapai mimpi.


Ditambah sumber daya yang kurang memumpuni dikarenakan hanya ada 2 orang pengajar saja. Tentu hal ini tak mudah, mengajar banyak siswa dengan kemampuan dan kecerdasan yang berbeda-beda.


Disana pun aku diajarkan bersyukur oleh anak-anak… tanpa meminta lebih… mereka sangatlah sederhana. Tak hanya itu, banyak yang berjuang agar sampai ke sekolah walaupun hujan-hujanan dengan jarak yang sangat jauh. Terkadang mereka cerita tentang bekal makanan yang dibawa sambil meraih tangan ku “Ibuu aku sekarang bawa goreng sangu sama endog”. Mereka sangatlah sopan dan menghargai ku. Setiap jalan menyusuri hutan sekolah mereka selalu menuntunku sambil berkata “Sini bu.. pegang tanganku biar gk jatoh”


Ada satu lagi hal yang menarik dan sangat inspiratif ketika aku berada disana, yaitu cerita asal mula pembangunan sekolah tersebut oleh Bapak Sarya selaku ketua RT, iya berkata “Awal pembangunan sekolah disini itu penuh perdebatan ka, banyak pihak yang tidak mendukung, tapi saya sadar anak saya perlu ilmu, saya tidak mau anak saya tidak sekolah. Biarkan saya saja yang seperti ini.”


Tak hanya itu, ternyata pembangunan sekolah tersebut pure menggunakan uang warga “Saat itu bapak patungan dengan seluruh warga.. setiap warga menyumbang sebesar 25 ribu rupiah saja, setelah terkumpul barulah kita beli tanah dan juga anyaman bambu. Sekolah itu benar-benar dibangun oleh warga ka. Setiap hari kita bergotong royong membangunnya hingga selesai” MasyaAllah…


Begitu kagetnya aku saat mendengar cerita itu… bersyukur sekali ternyata masih ada orang yang paham dan merasa bahwa pendidikan memanglah sangat penting walaupun dengan keterbatasan kondisi yang dimiliki.


Dengan berakhirnya cerita oleh Bapak Sarya tersebut aku pun menjadi sadar, sebenarnya tak perlu menjadi “siapa” dan memikirkan banyak atau dikitnya yang kita berikan untuk Pendidikan… tapi niat dan kesadaran lah yang harus ditanamkan bahwa “Pendidikan itu yang utama”.


Andaikan saja masyarakat di Indonesia sadar dan berkenan untuk membantu anak-anak dipelosok tanah air… mungkin saja saat ini mereka dapat dengan layak bersekolah seperti pada umumnya… tidak harus banyak mengeluarkan uang untuk membantu… cukup dengan dua puluh lima ribu saja… InsyaAllah kita sudah dapat membantu anak-anak pelosok melangitkan mimpinya.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Hanya Dengan Dua Puluh Lima Ribu

Trending Now

Iklan

iklan