Aku

Sabtu, 05 Juni 2021 | 11:10 WIB Last Updated 2021-06-05T08:11:19Z

  

Karya Humaira Azzahra

(Mahasiswa Pendidikan Agama Islam FKIP UHAMKA)


Aku adalah seorang anak yang terbilang kurang pandai. Ada suatu peristiwa dimana saat itu seorang guru memberi tugas yang hanya menyalin dari buku paket ke buku tulis. Saat mengingat hal ini aku coba berfikir, apakah aku seoraang anak yang saat itu berusia 7 tahun  belum bisa memahami perintah seorang guru untuk mengerjakan tugas yang diberikan, atau apakah aku seorang anak bodoh yang tidak bisa mengerti perintah itu. Saat itu aku hanya mengumpulkan sebuah buku kosong kedepan meja guru.

 

Setelah mengingat peristiwa itu aku mengenal diriku sebagai anak yang bodoh, anak bodoh yang selalu mendapat nilai merah, anak bodoh yang selalu tidak bisa menjawab sebuah pertanyan, anak bodoh yang selalu direndahkan oleh teman-teman yang pandai dan guru disekolah. Tak ada satu teman pun yang mau berteman denganku, bahkan mereka tidak peduli kepadaku. Aku duduk sendiri, pergi kekantin sendiri., bahkan saat melakukan sesuatupun aku melakukannya sendiri. Tak ada satu guru pun yang memberi rasa simpatinya bahkan mereka semua mengabaikanku. Aku bagaikan makhluk dari dunia lain yang wujudnya tidak terlihat.

 

Sembilan tahun aku merasakan hal pait ini, sampai disuatu masa aku ingin menyerah karena sudah sangat lelah jiwa dan raga . Aku dipaksa harus terus berdiri tegak diarus yang selalu membuatku jatuh. Bahkan orang tuaku tidak bisa memberikan dukungan yang baik dan menyangkal semua perkataan mereka tentangku. Harus bagaimana aku mengekspresikan mimik wajahku ini? Sedihkah?, marahkah?, bingungkah?, kecewakah?.

Sampai aku bertanya kepada Rabb semesta alam

 

“ Yaarabb apa inilah takdirku diciptakan hidup kebumi? Menjadi anak bodoh yang selalu direndahkan, menjadi anak bodoh yang dibandingkan orang tua  dan menjadi anak yang tidak diinginkan oleh siapa pun. Apa aku tidak bisa mendapat takdir yang jauh lebih baik yaarabb?

Bolehkah aku pulang kesisimu saja yaarabb? Aku sudah sangat lelah berdiri sendiri untuk mengubah takdir.

 

Setealah mengadu dan bercerita kepada sang pencipta membuatku memiliki secerca harapan dalam hati untuk berusaha dan berikhtiar dalam belajar, belajar bukan untuk mejadi pandai tetapi belajar agar ilmu yang aku dapatkan bisa aku fahami dengan baik, bisa aku praktikan dalam kehidupan dan bermanfaat bagi orang lain.

Walau memiliki masa lalu yang sempat membuatku jatuh tetapi aku tidak mau hanya berdiam diri meratapi nasib, aku berusaha mejadi manusia yang lebih baik dari masa lalu dan mengingat bahwa “ semua manusia yang diciptakan allah swt memiliki keunikan tersendiri, memiliki proses yang berbeda-beda”.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Aku

Trending Now

Iklan

iklan