Sistem Pendidikan Selama Masa Pandemi Covid-19

Rabu, 03 Februari 2021 | 18:17 WIB Last Updated 2021-02-04T13:18:30Z


Kabarpendidikan.id
Wabah pandemi memaksa sebagian besar sekolah dan perguruan tinggi tutup sementara. Institusi pendidikan cenderung memiliki kepedulian untuk kembali melaksanakan pembelajaran seperti semula. Mereka tidak tahu kapan bisa normal kembali, bisa jadi sampai tahun depan akan ditutup semua institusi bisa terus menghadapi pembelajaran. Satuan pendidikan berjuang mencari pilihan untuk menghadapi situasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Situasi ini membuat kami mengapresiasi perlunya perencanaan yang tepat untuk institusi akademik (Rieley, 2020). Perencanaan yang tepat sesuai dengan situasi yang diinginkan. Kebutuhan kesadaran setiap komponen masyarakat untuk bersatu dan menyelesaikan masalah pendidikan harus menjadi prioritas. Sangat penting untuk menjaga keselamatan dari kondisi kesehatan untuk melindungi siswa, staf akademik, masyarakat, dan bangsa kita secara keseluruhan.

 

Pada saat Pandemi COVID-19, pemerintah Indonesia telah memberikan aturan untuk menutup sekolah di zona merah kuning dan melakukan pembelajaran jarak jauh di rumah. Semua institusi pendidikan (sekolah, perguruan tinggi, dan universitas) saat ini tidak dapat menggunakan sistem tradisional untuk pandemi COVID 19. Namun, di beberapa daerah, misalnya di India, masih menggunakan sistem tatap muka meskipun sudah ada yang menerapkan blended learning. Berbagai upaya telah dilakukan untuk memastikan pembelajaran tetap berjalan meski tidak ada sekolah langsung. Teknologi khususnya penggunaan internet, media sosial, smartphone, dan laptop kini banyak digunakan untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Situasi saat ini menantang sistem pendidikan di seluruh dunia untuk beralih ke mode pembelajaran online dalam semalam.

 

Beberapa institusi telah melakukan perubahan dari pendekatan sebelumnya, tetapi terpaksa beralih sepenuhnya ke pembelajaran online. Menurut Dewi (2020) pembelajaran online adalah pemanfaatan internet dalam proses pembelajaran yang mempunyai keleluasaan waktu belajar, dapat belajar kapanpun dan dimanapun terutama pada masa COVID. Salah satu penyedia telekomunikasi seluler terbesar di Indonesia memverifikasi peningkatan lalu lintas broadband sebesar 16% dalam krisis COVID ke-19, terutama karena lonjakan tajam penggunaan platform pembelajaran online.

 

Perubahan dalam sistem pembelajaran memaksa sekolah untuk menerapkan pendidikan jarak jauh atau pembelajaran online, e-learning, pendidikan jarak jauh, pendidikan korespondensi, studi eksternal, pembelajaran fleksibel, dan kursus online terbuka besar-besaran. Ketentuan dan aturan yang sama berlaku di Amerika Serikat. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (2020), rencana e-learning telah diterapkan, termasuk opsi pembelajaran digital dan jarak jauh, sebagaimana layak dan sesuai untuk memastikan kelangsungan pendidikan bagi siswa selama pandemi COVID-19.

 

Berbagai permasalahan telah mencakup penyediaan infrastruktur sekolah, seperti jaringan internet yang sebelumnya tidak dinikmati semua sekolah, terutama di desa, serta biaya pembelian paket data yang mahal. Meskipun pemerintah Indonesia baru-baru ini mengeluarkan peraturan bahwa dana operasional sekolah dapat dialokasikan untuk membeli paket data, sekolah masih belum dapat sepenuhnya menikmati pembelajaran SFH (School From Home). Selain paket data, sinyal buruk menjadi kendala dalam pelaksanaan pembelajaran. Seringkali siswa terlambat mengumpulkan dan menyelesaikan tugas, bahkan pemahaman materi pun menjadi masalah yang signifikan bagi siswa. Perubahan lainnya adalah keterlibatan orang tua dengan anak menjadi lebih intens dalam pembelajaran SFH dibandingkan dengan pembelajaran pra-SFH. Orang tua dapat membantu anak dalam memahami materi pelajaran yang tidak dipahami atau disampaikan dengan baik oleh seorang guru. Kolaborasi antara guru dan orang tua di sekolah dasar diperlukan untuk pelaksanaan pembelajaran online karena orang tua sebagian besar memiliki perangkat pendukung seperti telepon genggam atau laptop.

 

Guru sebagai ujung tombak pelaksanaan pembelajaran online harus mampu mengkondisikan seluruh komponen pembelajaran. Hal tersebut meliputi metode pembelajaran, media yang akan digunakan dalam pembelajaran, penggunaan waktu pembelajaran yang berkaitan dengan waktu penggunaan aplikasi, serta faktor psikologis dan sosial yang secara signifikan mempengaruhi motivasi guru saat mengajar. Guru memiliki tugas dan tanggung jawab yang tidak mudah dialihkan ketika harus berubah dari sistem pembelajaran tatap muka di kelas menjadi sistem online ditambah dengan pengalaman belajar online yang belum pernah diterapkan sebelumnya. Seorang guru harus mengatasi semua permasalahan yang terjadi dalam pembelajaran online secara responsif agar pembelajaran terus mencapai target yang telah ditetapkan.

 

Apakah Belajar Online Itu Efektif?

Bagi mereka yang memiliki akses ke teknologi yang tepat, ada bukti bahwa belajar online bisa lebih efektif dalam berbagai cara. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata, siswa mempertahankan 25-60% lebih banyak materi saat belajar online dibandingkan dengan hanya 8-10% di ruang kelas. Hal ini sebagian besar karena siswa dapat belajar lebih cepat secara online; e-learning membutuhkan 40-60% lebih sedikit waktu untuk belajar daripada di ruang kelas tradisional karena siswa dapat belajar dengan kecepatan mereka sendiri, kembali dan membaca ulang, melewatkan, atau mempercepat melalui konsep yang mereka pilih.

 

Meskipun demikian, efektivitas pembelajaran online bervariasi di antara kelompok umur. Konsensus umum pada anak-anak, terutama yang lebih muda, adalah bahwa lingkungan yang terstruktur diperlukan, karena anak-anak lebih mudah teralihkan. Untuk mendapatkan manfaat penuh dari pembelajaran online, perlu ada upaya bersama untuk menyediakan struktur ini dan melampaui mereplikasi kelas / kuliah fisik melalui kemampuan video, sebaliknya, menggunakan berbagai alat kolaborasi dan metode keterlibatan yang mempromosikan "inklusi, personalisasi dan kecerdasan ”.

 

Pendidikan Yang Berubah Sangat Penting

Jelas bahwa pandemi ini telah benar-benar mengganggu sistem pendidikan yang menurut banyak orang telah kehilangan relevansinya. Dalam bukunya, 21 Lessons for the 21st Century, sarjana Yuval Noah Harari menguraikan bagaimana sekolah terus berfokus pada keterampilan akademis tradisional dan pembelajaran hafalan, daripada keterampilan seperti berpikir kritis dan kemampuan beradaptasi, yang akan lebih penting untuk sukses di masa depan. Dapatkah perpindahan ke pembelajaran online menjadi katalisator untuk menciptakan metode baru yang lebih efektif dalam mendidik siswa? Sementara beberapa orang khawatir bahwa transisi online yang terburu-buru mungkin telah menghalangi tujuan ini, yang lain berencana untuk menjadikan e-learning sebagai bagian dari 'normal baru' mereka setelah merasakan manfaatnya secara langsung.

 

Pentingnya Penyebaran Pengetahuan Disorot Melalui Covid-19

Peristiwa besar dunia sering kali menjadi titik perubahan untuk inovasi cepat, contoh yang jelas adalah munculnya e-commerce pasca SARS. Meskipun kami belum melihat apakah ini akan berlaku untuk e-learning pasca-COVID-19, ini adalah salah satu dari sedikit sektor di mana investasi belum mengering. Yang diperjelas melalui pandemi ini adalah pentingnya penyebaran pengetahuan lintas batas, perusahaan, dan seluruh lapisan masyarakat. Jika teknologi pembelajaran online dapat berperan di sini, maka kita semua wajib untuk mengeksplorasi potensi penuhnya.

 

Kualitas selalu perlu ditingkatkan dan guru perlu menunjukkan upaya terbaiknya. Saat ini banyak program gratis yang dilakukan oleh lembaga sosial untuk membantu guru menjalankan perannya. Ini termasuk kesadaran masyarakat dalam berkontribusi dalam penyelamatan pendidikan. Kursus online perlu dirancang agar tetap kreatif, memungkinkan siswa untuk berkomunikasi, berpusat pada siswa, dan memfasilitasi pembelajaran dalam kelompok. Pendidik perlu mempersiapkan pengajaran online dengan membuat strategi nyata. Pengajaran online yang efektif dapat memfasilitasi umpan balik dari siswa, membuat siswa mengajukan pertanyaan, dan memberikan kesempatan kepada guru untuk meminta saran untuk konten kursus.

 

(Erna Damayanti/ Mahasiswa PGSD Uhamka)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Sistem Pendidikan Selama Masa Pandemi Covid-19

Trending Now

Iklan

iklan