Metode TPR dan Montessori

Senin, 28 Desember 2020 | 10:03 WIB Last Updated 2021-01-05T03:42:37Z


Kabarpendidikan.id Saat ini, anak-anak mudah bosan mengikuti metode pembelajaran yang bersifat monoton dan para pendidik pun dituntut untuk menciptakan metode pembelajaran yang kreatif, inovatif, dan menyenangkan. Metode pembelajaran yang paling efektif dilakukan saat ini adalah metode total physical response / respons fisik (TPR) dan metode Montessori.

 

Metode total physical response (TPR) merupakan metode pengajaran bahasa asing yang didasarkan pada koordinasi ucapan dan gerakan. Metode ini dikembangkan oleh James Asher, seorang professor psikologi asal San Jose State University , California, Amerika Serikat. Dalam metode ini, Asher mengatakan bahwa semakin sering memori seseorang diberikan stimulasi maka semakin kuat asosiasi memori berhubungan dan semakin mudah untuk mengingat. Kegiatan ini dilakukan secara verbal dan gerakan.

 

Sedangkan metode Montessori merupakan sebuah metode pelajaran yang dicetuskan oleh seorang dokter asal Italia bernama Maria Montessori (1870-1952). Metode ini berawal dari hasil observasi yang dilakukan oleh beliau terhadap anak-anak dari latar belakang keluarga dengan level ekonomi rendah yang tinggal di pinggiran Italia. Beliau mendirikan Casa Dei Bambini (Rumah Anak-Anak), sekolah untuk mendidik anak-anak tersebut. Montessori terus mengembangkan metodenya dengan observasi yang dilakukan terhadap anak didiknya hingga akhirnya beliau berhasil membawa anak-anak didiknya lulus dalam ujian yang diselenggarakan bagi anak-anak di sekolah umum (Montessori, 2002 : 38). Filosofi Montessori terhadap anak adalah bahwa setiap anak unik dan individual mereka harus dihormati secara penuh dalam proses pendidikan (Seldin, 2006 : 12). Metode Montessori mulai dikenal di Indonesia sejak tahun 1930 dan sekolah Montessori pertama di Indonesia berada di Malang, Jawa Timur. Lalu, pada tahun 1986 sekolah Montessori berdiri di Jakarta. Hingga saat ini sudah ada daerah lain yang mendirikan sekolah Montessori yaitu Bali, Bandung, Batam dan Yogyakarta. Sekolah ini hanya terbatas untuk anak-anak dari keluarga yang berlatar belakang ekonomi kelas atas.

 

Dari kedua metode ini terdapat perbedaan dan persamaan. Perbedaan terletak di media pembelajarannya. Dalam metode TPR, media yang bisa digunakan ialah gambar / foto, video, audio dan permainan interaktif. Permainan interaktif dalam metode TPR pun tidak begitu bervariasi karena metode ini fokus kepada kemampuan anak dalam mengucapkan suatu kata / kalimat dalam bahasa asing. Contoh permainan interaktif yang biasa digunakan dalam metode ini : tebak-tebakan, menyusun puzzle, dan menirukan suara dan gerak suatu benda / hewan.

 

Metode Montessori juga menggunakan media gambar / foto, video, audio dan permainan interaktif. Namun, permainan interaktif yang digunakan dalam metode ini tidak hanya sekedar mengembangkan kecerdasan verbal anak. Permainan interaktif dari metode Montessori juga fokus mengembangkan kecerdasan sosial dan motorik seperti permainan mencetak pasir berwarna-warni (permainan ini selalu tersedia di area tempat bermain anak dalam pusat perbelanjaan), membaca buku pop up / busy book , membongkar pasang boneka kertas, menuang biji ke dalam toples, meronce kalung pipet dll.

 

Persamaan dari kedua metode ini terdapat dari efek yang ditimbulkan oleh anak-anak yang mengikuti metode tesebut. Anak-anak yang belajar menggunakan metode TPR ataupun metode Montessori mampu mengembangkan kecerdasan motorik, verbal, dan sosial.

 

(Tisya Meilina Amalia/Mahasiswi Pendidikan Bahasa Inggris FKIP UHAMKA)

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Metode TPR dan Montessori

Trending Now

Iklan

iklan