P2G: Assessment Nasional Terkesan di Paksakan

Selasa, 03 November 2020 | 13:22 WIB Last Updated 2020-11-03T06:22:00Z


Kabarpendidikan.id
PJJ masih menjadi problem besar bagi warga pendidikan ketika sistem ini menjadi satu-satunya sistem yang bisa diandalkan selama masa pandemi Covid-19. Pada faktanya dalam realisasi kebijakan tersebut masih terdapat polemik bagi peserta didik, pendidik, tak terkecuali orang tua.

 

Masih hangat diingatan kita kasus kematian siswa SMA di Gowa serta angka terakhir menunjukan terdapat 3 siswa peserta didik yang terpaksa meregang nyawa akibat tertekan oleh kebijakan PJJ.

 

Pertama adalah anak SD yang meregang nyawa ditangan ibu kandungnya sendiri akibat tidak memahami pembelajaran yang disampaikan. Kemudian, terjadi di Gowa, siswi SMA memutuskan mengakhiri hidupnya sendiri dengan menenggak racun yang diduga akibat tugas yang menumpuk serta jaringan internet yang terbatas. Ketiga adalah pelajar SMP kelas 9 yang tewas gantung diri, dikarenakan tugas menumpuk ditambah surat peringatan yang datang dari pihak sekolah.

 

Belum usai permasalahan PJJ, baru-baru ini muncul Assessment Nasional (AN) yang bakal menjadi standar kelulusan bagi peserta didik. Merespon hal tersebut Koordinator Perhimpunan untuk Pendidikan dan Guru (P2G) Satriwan Salim merasa AN terkesan terlalu dipaksakan.

’’Anak-anak kita sudah terbebani secara psikologis selama PJJ, tahu-tahu mereka harus menjalani Asesmen Nasional,’’ ucap dia (1/11).

 

Menurutnya, hal tersebut tidak adil, terlebih masih banyak yang belum mengetahui apa itu AN. Sebab, masih sangat minumnya sosialisasi yang disampaikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menjadi dasar bahwa AN ini terkesan dipaksakan.

Ini kan tidak adil bagi anak, orang tua dan guru. Jadi lebih bijak kalau di undur, karena bulannya (pelaksanaan AN) juga mempengaruhi persepsi (AN sama dengan UN) itu. Jadi jangan hanya sosialisasinya berupa konten pdf, ppt, YouTube atau Instagram,” imbuhnya.

 

Orang tua mesti diberikan pemahaman yang utuh, Mendikbud Nadiem Makarim diminta untuk mengintruksikan jajarannya dalam mensosialisasikan secara pasti dan berkala kepada dinas pendidikan (disdik) daerah.

Agar mereka menggunakan perangkat-perangkatnya di daerah, kepada orang tua, siswa, komite sekolah dan guru. Jadi jangan seolah-olah lepas tangan dengan membuat pdf, ppt, YouTube berisi informasi, selesai perkara. Tidak semudah itu, karena Indonesia itu luas, tegas dia. (LBM) 

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • P2G: Assessment Nasional Terkesan di Paksakan

Trending Now

Iklan

iklan