KabarPendidikan.id - Pasca banjir bandang di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, dunia pendidikan terpuruk. Ribuan siswa terpaksa belajar tanpa seragam, sepatu, tas, atau buku karena perlengkapan mereka hancur tertimbun lumpur. Bencana ini telah merenggut 31 nyawa, merusak ribuan rumah, dan memaksa lebih dari 15 ribu warga bertahan di pengungsian hingga kini.
SMP Negeri 1 Meureudu, sekolah unggulan setempat, ikut
porak-poranda dengan pagar roboh diterjang banjir. Sekitar 60 persen siswanya
kehilangan rumah dan barang sekolah, sehingga mereka belajar ala kadarnya. Data
BPBD Pidie Jaya per 6 Desember mencatat 15.236 pengungsi di 71 titik, dengan
masa depan pendidikan anak-anak terancam terabaikan.
Ironisnya, meski lebih dari sebulan berlalu, pemerintah
belum berikan bantuan konkret seperti seragam atau perlengkapan, padahal sudah
keluarkan surat edaran agar KBM dimulai sejak 11 Desember 2025. Siswa justru
lebih bergantung pada bantuan warga pengungsian daripada pemerintah.
Kepala sekolah SMPN 1, Azizah menilai keterlambatan ini
sebagai tanda krisis perhatian dalam pemulihan Kembali infrastruktur sekolah
setelah bencana.
"Lambannya respons terhadap kondisi siswa korban banjir
menjadi indikator krisisnya perhatian terhadap dunia pendidikan pasca-bencana,"
katanya.