KabarPendidikan.id - Kunjungan Presiden terpilih Prabowo Subianto ke SMPN 4 Bekasi untuk meninjau penggunaan smartboard bukan hanya menjadi sorotan karena agenda digitalisasi pendidikan, tetapi juga karena munculnya figur guru yang menonjol di balik keberhasilan kelas digital tersebut. Sosok itu adalah Furqon Nurahman, alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Muhammadiyah Prof.DR. HAMKA (Uhamka), yang mengajar di kelas yang secara langsung ditinjau oleh Prabowo.
Mengawali Perjalanan dari Pinggiran Negeri
Karier mengajar Furqon tidak dimulai dari ruang kelas yang
nyaman. Setelah lulus dari Uhamka pada 2015, ia menjalani masa sebagai guru
honorer selama dua tahun, salah satunya melalui penugasan di wilayah 3T
(terdepan, terluar, tertinggal). Pengalaman tersebut membentuk karakter
profesionalnya: mandiri, ulet, serta mampu beradaptasi dalam keterbatasan.
Mengajar di daerah 3T memberi Furqon perspektif yang luas
tentang ketimpangan fasilitas pendidikan. Ia terbiasa menghadapi keterbatasan
buku, minimnya alat peraga, hingga tantangan jarak tempuh dan kondisi sekolah.
Namun justru dari sana, tumbuh kesadaran bahwa kualitas pembelajaran tidak
boleh berhenti karena keterbatasan—prinsip yang kelak sangat membantunya saat
berhadapan dengan teknologi baru seperti smartboard.
Pengalaman dari daerah pinggiran itulah yang ia bawa ketika
kemudian mengajar di Bekasi. Dengan total masa bakti mengajar yang dimulai
sejak 2014, Furqon tumbuh menjadi pendidik yang matang secara pengalaman maupun
nilai.
Kelas Digital yang Menarik Perhatian Prabowo
Saat Prabowo memasuki kelas tempat Furqon mengajar, suasana
tegang mendadak mencair. Dengan penguasaan materi dan perangkat yang baik,
Furqon menjalankan pembelajaran berbasis smartboard secara
terstruktur—menampilkan materi, menginisiasi diskusi, hingga memandu murid
menjawab kuis interaktif.
Kejelasan pengelolaan kelas dan keluwesan dalam memanfaatkan
smartboard membuat Prabowo beberapa kali menunjukkan gestur apresiatif.
Teknologi yang bagi sebagian guru masih terasa rumit, ternyata dapat
dioperasikan Furqon dengan alami dan efektif.
Dalam momen tersebut, terlihat bahwa transformasi digital
pendidikan tidak hanya bergantung pada perangkat, tetapi juga pada keberadaan
guru seperti Furqon—yang memiliki kesiapan, pengalaman, dan kemauan untuk terus
berkembang.
Kualitas Lulusan Uhamka yang Tampak di Ruang Kelas
Sebagai alumni Uhamka, Furqon mencerminkan nilai-nilai yang
ditanamkan kampusnya: profesionalitas, kemanusiaan, serta komitmen terhadap
mutu pendidikan. Latar belakang PGSD memberinya landasan kuat dalam pedagogi,
psikologi anak, serta teknik mengajar yang adaptif.
Pengalaman di daerah 3T mengasah kemampuannya bekerja dengan
berbagai kondisi, sementara pemahamannya terhadap pembelajaran digital
menjadikannya salah satu figur guru yang siap menyongsong tuntutan pendidikan
modern.
Prabowo secara langsung melihat bagaimana integrasi antara
kompetensi guru dan teknologi dapat menghasilkan pembelajaran yang lebih hidup
dan bermakna.
Smartboard sebagai Kesempatan, Bukan Sekadar Fasilitas
Program pengadaan smartboard tidak akan memberikan dampak
maksimal bila tidak dipadukan dengan kualitas SDM yang memadai. Dalam hal ini,
Furqon menjadi bukti nyata bahwa teknologi dapat digunakan secara optimal
ketika berada di tangan guru yang terlatih dan berdedikasi.
Ia memperlihatkan bahwa digitalisasi bukan hanya soal
perangkat canggih, tetapi soal bagaimana guru memanfaatkannya untuk
meningkatkan kepedulian, interaksi, dan hasil belajar siswa.
Representasi Masa Depan Pendidikan Indonesia
Kisah Furqon Nurahman—dari daerah 3T, menjalani masa
honorer, hingga kini tampil di hadapan presiden terpilih sebagai wujud nyata
guru yang adaptif—menjadi refleksi perjalanan pendidik Indonesia yang tidak
menyerah pada keadaan. Ia adalah bagian dari generasi guru yang tumbuh bersama
tantangan dan terus mengembangkan diri sesuai kebutuhan zaman.
Apresiasi yang disampaikan Prabowo bukan hanya untuk seorang
guru, tetapi untuk seluruh pendidik yang dengan ketekunan dan ketulusan hati
berusaha memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan pembelajaran yang layak.
Melalui sosok seperti Furqon, kita dapat melihat gambaran
masa depan pendidikan Indonesia: lebih terbuka, lebih digital, namun tetap
berpijak pada dedikasi para guru yang menjadi fondasinya.