KabarPendidikan.id - Penyandang disabilitas di Kalimantan Selatan masih menghadapi tantangan dalam mengakses pendidikan inklusif. Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI) Kalsel menyerukan peningkatan akses pendidikan yang lebih baik, terutama di daerah pelosok.
PPDI adalah organisasi yang menghimpun berbagai komunitas
disabilitas di Kalimantan Selatan, termasuk Pertuni, Gerkatin, HWDI, dan NPCI,
yang masing-masing fokus pada kebutuhan dan kepentingan penyandang disabilitas.
PPDI adalah organisasi yang menghimpun berbagai komunitas
disabilitas di Kalimantan Selatan, termasuk Pertuni, Gerkatin, HWDI, dan NPCI,
yang masing-masing fokus pada kebutuhan dan kepentingan penyandang disabilitas.
Meski Perda Nomor 4 Tahun 2019 tentang penyandang
disabilitas telah ada, implementasinya masih belum merata di lapangan.
Akibatnya, banyak anak disabilitas di pedesaan yang belum mendapatkan akses
pendidikan dan layanan kesehatan yang memadai.
“Kami menemukan kasus anak delapan tahun di Tanah Laut yang
tidak bisa bersekolah karena tidak ada sekolah inklusif di daerahnya,”tutur
Muhammad Gigih Setiawan, Wakil Ketua PPDI Kalsel saat acara Indonesia Bisa.
Ia menekankan bahwa pendidikan adalah kunci bagi penyandang
disabilitas untuk menjadi mandiri dan berpartisipasi aktif dalam masyarakat.
Tanpa pendidikan, mereka lebih rentan terhadap keterbatasan ekonomi dan sosial.
PPDI mengusulkan pembentukan kelompok disabilitas di tingkat
desa sebagai langkah strategis untuk menyerap aspirasi dan mempercepat
pemenuhan hak-hak dasar penyandang disabilitas.
adp