Pick Me Syndrome vs Pola Asuh Orang tua

Sabtu, 05 Agustus 2023 | 09:23 WIB Last Updated 2023-08-05T02:23:00Z



 

Oleh : Sinta Sri Ramdona

Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka

 

Akhir-akhir ini ramai dibicarakan tentang pick me syndrome, terutama di kalangan para remaja. Pick me syndrome sendiri merupakan perilaku di mana seseorang mempunyai keinginan kuat agar dapat diterima di suatu kelompok sosial atau individu lain. Keinginan yang secara tidak sadar membuat seseorang yang mengidap pick me syndrome, rela melakukan segala cara untuk bisa masuk ke dalam kelompok itu dan mempertahankan posisinya. Biasanya mereka yang pick me syndrome, berusaha menonjolkan sesuatu yang berbeda dari orang-orang untuk menarik perhatian. Hal inilah yang seolah menunjukkan bahwa dirinya tidak sama seperti mayoritas pada umumnya.

Dampak dari pick me syndrome dapat terjadi secara signifikan, terutama pada sikap dan perilaku orang tersebut saat berinteraksi terhadap orang lain. Umumnya mereka bisa menyombongkan diri tentang gaya hidup, hobi, minat, bakat, dan tingkah laku. Itu semua dilakukan demi menarik atensi-atensi orang di sekitarnya. Perilaku ini tidak hanya terjadi pada kaum hawa seperti yang banyak diperbincangkan di media sosial, tetapi laki-laki pun dapat mengalaminya. Dengan kata lain, fenomena tersebut dapat terjadi pada siapapun dan tidak terbatas pada jenis kelamin.

Penyebab utama seseorang mengalami pick me syndrome, biasanya timbul karena rasa penolakan terhadap standar yang ditetapkan oleh orang kebanyakan(society).  Insecurity atau rasa tidak percaya diri yang kuatlah, membuat mereka menjauhkan diri dari stereotip yang berlaku. Hal tersebut juga bisa didasari oleh perilaku kebencian terhadap sesama maupun penyebab-penyebab lain, seperti ingin menonjolkan kelebihan untuk menutupi kekurangan yang ada pada dirinya, mencari atensi society sebagai bentuk pengakuan atau validalitas. Selain itu, trauma atau ketakutan berlebihan karena kejadian-kejadian di masa lampau juga dapat menjadi faktor penyebab pick me syndrome ini muncul. Misalnya seperti pada pola didik orang tuanya dulu, saat dirinya dalam masa pertumbuhan di usia anak-anak hingga remaja.

Pada masa pertumbuhan, seorang anak akan merekam apa saja yang dialaminya. Mulai dari hal yang membuatnya tertawa, maupun hal-hal yang membuatnya sedih atau ketakutan. Contoh pola didik orang tua yang menjadi penyebab kasus pick me syndrome ini diantaranya, tidak pernah mengapresiasi pencapaian anak, sehingga anak-anak cenderung mencari apresiasi dan validalitas dari orang lain. Lalu jarang atau bahkan tidak pernah mendengarkan pendapat anak, dampaknya membuat anak tersebut kehilangan kepercayaan diri sendiri dan takut mengekspresikan emosinya. Bisa juga karena orang tua yang terlalu sibuk bekerja, lantas membuat anaknya kurang mendapat perhatian dan kasih sayang. Pada bagian ini memang bukan sepenuhnya salah orang tua, tetapi sebagai figur utama dalam hidup seorang anak, orang tua patut mempertanggungjawabkan apa yang terjadi pada perilaku anaknya sendiri.

Pada kenyatannya sadar atau tidak, setiap orang penah mengalami pick me syndrome ini karena dalam diri kita tentu sesalu ada perasaan ingin diterima. Untuk mengatasi seseorang yang berprilaku tersebut, ada baiknya kita mengajak orang itu untuk mengontrol emosi dan memperbaiki lingkungan sosialnya. Bagaimanapun pick me syndrome merupakan masalah psikis yang sebagian besar disebabkan oleh insecurity. Jadi, orang-orang yang mengalami sebenarnya adalah korban juga. Karena itu, sebagai manusia kita harus membantu untuk memanusiakan sesama. Jika memang tidak sanggup mengatasi hal tersebut sendirian, kita bisa konsultasi dengan orang yang memang lebih paham dan dapat dipercaya, agar tindakan yang kita ambil tidak gegabah atau menyakiti orang lain terlebih si pengidap pick me syndrome itu sendiri.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Pick Me Syndrome vs Pola Asuh Orang tua

Trending Now

Iklan

iklan