KabarPendidikan.id - Prof. Ai Fatimah Nur Fuad Guru Besar sekaligus Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Prof. DR. HAMKA (Uhamka) menjadi satu-satunya perwakilan Indonesia dalam kegiatan 2025 Rome Summer Seminars on Religion and Politics di Italia.
Dalam Seminar, Prof. Ai Fatimah
mengajukan paper berjudul Dinamika Islamisme dalam konteks relasi agama dan
negara di Indonesia, yang menjadikannya lolos seleksi dalam program tersebut.
Seleksi program ini sangat kompetitif, karena fokus pada bidang keahlian agama
dan politik, serta mempertimbangkan representasi negara dan gender. 14
partisipan yang lolos berasal dari latar
belakang negara, agama dan institusi yang sangat beragam seperti dari Paraguai,
Mesir, Turki, Serbia, Amerika, Inggris, Jerman dan lain-lain.
Seminar musim panas ini adalah
program akademik intensif selama dua minggu, yang ditujukan bagi para
intelektual dan sarjana di bidang agama dan politik global. Seminar tersebut
mencakup dialog dengan para pemangku kebijakan, dosen bersama akademisi dan praktisi
senior, dan workshop penulisan ilmiah bagi seluruh peserta. Workshop penulisan
ini menjadi kegiatan utama dalam program ini.
Selain itu, Rome Summer Seminars on
Religion and Politics ini juga mencakup panel publik dan ceramah oleh para ahli
di bidang agama dan politik global. Diantara pembicara utamanya adalah Kristina
Stoeckl (LUISS), Scott Appleby (Notre Dame), Mohammed Hashas (LUISS), Olivier
Roy (Institut Universitas Eropa), dan banyak pakar lainnya.
Prof. Ai Fatimah menyampaikan perihal
Seminar Musim Panas di Roma merupakan sarana para peneliti dalam meningkatkan
dan mengasah kemampuan riset inovatif, terutama dalam bidang agama dan politik.
“Seminar musim panas ini sangat
penting karena secara khusus ditujukan untuk mengasah kemampuan riset dan
refleksi inovatif tentang agama dan politik serta membentuk jaringan baru para
cendekiawan di bidang Agama dan politik global,” ucap Prof. Ai Fatimah.
Kegiatan ini juga dirancang komite penyelenggara agar para peserta menjadi calon pemimpin yang dilengkapi dengan pengetahuan agama, pelatihan akademis, dan keahlian kebijakan yang terlibat secara efektif dalam perdebatan diskursus kebijakan tentang agama dan masalah politik global. Selain itu, para peserta diagendakan bertemu dengan para pemimpin agama, cendekiawan, dan pembuat kebijakan dari seluruh Eropa, Afrika Utara, dan Timur Tengah.