Bentengi Keluarga Berketahanan dalam Memperkuat Peradaban Bangsa, RSIJ Satu Gelar SEMILOKNAS

Rabu, 03 Agustus 2022 | 17:46 WIB Last Updated 2022-08-03T10:54:56Z


KabarPendidikan.id
- Rumah Sakit Islam Jakarta (RSIJ) Satu menggelar  Seminar dan Lokakarya Nasional (SEMILOKNAS)  dengan tema Keluarga Sakinah sebagai Benteng Keluarga Berketahanan dalam Memperkuat Peradaban Bangsa. Seminar ini dilaksanakan secara hybrid melalui aplikasi zoom meeting dan berlokasi di Aula AR Fachrudin lantai II Gedung Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Muhammadiyah Prof DR HAMKA (Uhamka), Rabu (3/8).


Kegiatan ini turut dihadiri oleh Elisa Kurniadewi selaku ketua panitia acara, Hamim Ilyas selaku narasumber sesi 1, Prof Euis Sunarti selaku narasumber sesi 1, dan Era Catur Prasetya selaku narasumber sesi 2.


Elisa Kurniadewi selaku Ketua Panitia menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang turut menyukseskan kegiatan Seminar dan Lokakarya Nasional ini sehingga dapat berjalan dengan baik.


"Terima kasih kepada seluruh panitia, pembicara, dan peserta yang telah bahu membahu sehingga acara ini dapat berlangsung dengan baik. Penghargaan dan ucap seluruh jajarannya Majelis Kesehatan Pimpinan Pusat Aisyiyah, MPKU, RSIJ Satu, Uhamka, beserta pihak lain bergandengan tangan untuk menyikapi pandemi saat ini. Selain itu, sekaligus menjadi syiar Pra-Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48 ini. Harapan kami, seminar ini dapat menguatkan komitmen kita untuk bergandengan tangan memperkuat bangsa Indonesia, khususnya dalam persoalan kesehatan jiwa sehingga bangunan kita berlandaskan moralitas serta nilai-nilai ilmu kehidupan," ujar Elisa.


Selanjutnya pada materi pertama, Hamim Ilyas selaku narasumber dengan materi Masalah Kesehatan Mental terkait Penyimpangan Seksual dalam Pandangan Muhammdiyah mengatakan, istilah tarjih dalam Muhammadiyah tidak sekadar menjadi nama majelis, tapi menjadi sistem pemikiran berdasar al-Quran dan sunnah yang dapat dipahami maksud dan tujuannya untuk mewujudkan tujuan risalah Islam Rahmatan Lil’Alamin (IRLA). Ia menambahkan bahwa kesehatan mental dan masalah orientasi seksual dalam pandangan Muhammadiyah dapat dirumuskan dari perspektif tarjih.


“Menurut WHO, kondisi sejahtera individu yang menyadari potensinya sendiri, dapat mengatasi tekanan kehidupan secara normal, dapat bekerja secara produktif dan berubah, dan mampu memberikan kontribusi kepada masyarakatnya.Dalam pengertian diri muthmaiinah ada batasan spiritual agar kembali kepada Tuhan dan menjadi hamba-hamba ar-Rahman. Secara psikologis, orang yang memiliki kesadaran terhadap kematian, maka hidupnya bahagia dan matinya juga bahagia. Dan terkait orientasi seksual menurut agama yang benar adalah hiteroseksual,” tutur Himam.


Prof Euis Sunarti selaku narasumber dengan materi Pendidikan Nilai dalam Keluarga mengatakan, ekologi keluarga sangat memengaruhi kualitas perilaku individu seseorang. Ia juga mengatakan bahwa pada dasarnya nilai norma khususnya dari keluarga dan dari luar yang bisa mendukung baik dan tidak baik, itulah yang memengaruhi perilaku individu, anak, dan orang tua.


“Ketika keluarga menjadikan nilai-nilai agama sebagai dasar tujuan hidup. Maka insyaAllah gangguan-gangguan dalam keluarga akan disaring. Ketika  keluarga memiliki perspektif bahwa berkeluarga merupakan ibadah terlama bagi muslim, dimana pernikahan sebgai pintu gerbangnya, dan kesiapan menikah sebagai bekalnya, maka seluruh anggota keluarga terkhusus suami istri akan meredam seluruh hal-hal yang akan menyebabkan konflik,” tutur Prof Euis.


Dr. Era Catur Prasetya selaku Narasumber yang membawakan materi mengenai LGBT sebagai Masalah Kesehatan Jiwa dan Bagaimana Kita Membantunya menjelaskan mengenai seorang peneliti Malaysia yang menganalisis terkait LGBT.


 “Ada seorang peneliti di Malaysia yang menulis tentang LGBT apakah merupakan nature atau bersifat alamiah ataupun ideologi. Di salah satu kesimpulannya, ia melihat bahwa fenomena ini sebuah pedang bermata dua. Jadi ini tidak hanya terkait dengan mereka yang memang berniat untuk kemudian menjadikan ini sebuah ideologi tetapi juga saudara dan kerabat dekat kita yang mereka berada di dalamnya. Kita dapat membantunya dengan mengingatkan orientasi adalah hasrat yang tidak perlu diikuti perilaku dan menjadi identitas,” kata Dr. Era.

Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Bentengi Keluarga Berketahanan dalam Memperkuat Peradaban Bangsa, RSIJ Satu Gelar SEMILOKNAS

Trending Now

Iklan

iklan