Antara Kebebasan dan Takdir

Minggu, 19 Desember 2021 | 10:06 WIB Last Updated 2021-12-19T03:06:00Z

 


Oleh : Taufik Hidayatullah

Mahasiswa FEB Uhamka


Apakah kita benar-benar bebas dalam menentukan jalan hidup kita sendiri? Atau apakah yang kita lakukan saat ini merupakan takdir yang telah ditentukan sebelumnya? Jika demikian, apakah yang akan terjadi ketika kita lari dari takdir yang telah ditentukan?

Pertanyaan diatas turut dilontarkan oleh siapa saja yang sering mempertanyakan eksistensi kebebasannya sebagai manusia. Kebebasan merupakan sesuatu yang didambakan oleh semua umat manusia yang berangkat dari adanya rasa ketertindasan dan keterbatasan akan pilihan hidupnya sendiri. Namun, sayangnya hingga sata ini dimana globalisasi dan teknologi terus berkembang nyatanya masih banyak manusia yang tidak percaya akan adanya kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri. Hal itu mereka percayai karena adanya keyakinan atas takdir Tuhan akan hidupnya, kelompok ini bisa kita sebut dengan kata “pasrah”. Sebagiannya lagi percaya akan adanya kebebasan dalam menentukan jalan hidupnya sendiri walaupun dengan adanya takdir Tuhan.

Pada dasarnya seluruh manusia memiliki tujan akan hidupnya. Oleh karena itu, manusia mendambakan kebebasan dalam segala aspek kehidupan untuk mencapai tujuannya. Adapun makna kebebasan manusia menurut Karl Max sendiri ialah bagaimana manusia mampu menciptakan dirinya sendiri sebagai majikannya. Artinya bagaimana manusia sebagai individu yang mempunyai kontrol tetap akan dirinya untuk mampu melakukan hubungan dengan dunia, mampu berfikir dan berkehendak dan menentukan pilihannya sendiri.

Di lain sisi, sebagian manusia mempercayai akan takdir yang telah ditentukan oleh Tuhannya yang kita kenal dengan Qada dan Qadar. Qada merupakan takdir yang tidak bisa diubah seperti; kelahiran, jenis kelamin, fisik dan kematian. Hal tersebut dikarenakan adanya ketetapan-Nya dan pasti terjadi. Sedangkan Qadar merupakan takdir yang bisa diubah. Dimana qadar merupakan ketentuan yang Allah buat atas qada seseorang, akan tetapi dapat berubah atas pilihan yang diambil oleh manusia itu sendiri. 

Untuk memperjelas hal diatas, dapat kita analogikan seperti permainan catur dimana tiap pemain memiliki kebebasan untuk menggerakkan pion-pionnya di atas papan catur, tetapi gerakan dan aturannya sudah pasti tidak bisa diubah. Begitulah halnya dengan kehidupan. Tuhan telah menciptakan takdir yang serbapasti di atas papan semesta ini, tetapi manusia dianugerahi nalar dan kebebasan untuk memahami takdir-takdir Tuhan lalu memilih perbuatan atau cerita apa yang akan dibuatnya.

Berdasarkan penjelasan diatas dapat kita tarik kesimpulan. Bahwa manusia selalu memiliki kebebasan untuk memilih apa saja yang ia inginkan akan hidupnya, terlepas dari takdir (qada) yang sudah ditentukan. Sejatinya manusia tidak pernah terlepas dari kata bebas tersebut dan itu merupakan hal nyata yang diterima sejak dilahirkan. Bahkan dijamin oleh setiap negara di belahan bumi.

Setiap langkah dan setiap tindakan yang kita ambil setiap harinya merupakan langkah kecil yang selalu kita lakukan tanpa menyadari bahwa itu semua bagaikan sebuah pena yang menuliskan sebuah alur cerita hidup kita masing-masing, yang kita rangkai sendiri, atas kebebasan kita sendiri untuk mencapai takdir yang kita pilih. Untuk tujuan kita sendiri. Hal ini juga menunjukkan bahwa kalimat “takdir ada ditangan kita” merupakan hal nyata yang setiap orang memiliki rasa bebas dalam dirinya.


Komentar
komentar yang tampil sepenuhnya tanggung jawab komentator seperti yang diatur UU ITE
  • Antara Kebebasan dan Takdir

Trending Now

Iklan

iklan